SAKRAMEN
Sakramen, dalam kata Latin “sacramentum” berarti hal-hal yang ada kaitannya dengan yang kudus atau yang ilahi. Konstitusi tentang Liturgi Suci mengatakan bahwa sakramen dimaksudkan untuk menguduskan manusia, membangun Tubuh Kristus dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Kateksimus Gereja Katolik merumuskan bahwa Sakramen adalah tanda berdaya guna yang menghasilkan rahmat dan memberikan kehidupan ilahi kepada kita, yang ditetapkan Kristus dan dipercayakan kepada Gereja-Nya.
Perjanjian Baru melihat Yesus adalah sakramen utama Allah. Allah menyatakan diri-Nya secara istimewa dalam diri Yesus dan Allah menjelma secara penuh dalam diri Yesus Kristus. Yesus menghadirkan keselamatan Allah dan itu nampak dalam pelayanan-Nya : pengusiran setan, penyembuhan orang sakit, pengampunan orang berdosa, perjamuan dengan para murid-Nya, kebangkitan dari mati dsb. Yesus sendiri berkata yang melihat Dia melihat Allah sebab Dia dengan Allah adalah satu. Yesuslah sakramen penyelamatan Allah yang mendasari sakramen Gereja.
Gereja dilihat sebagai sakramen Kristus karena kesatuannya dengan Kristus. Yesus hadir dalam Gereja dan melaksanakan karya penyelamatan melalui Gereja sehingga Gereja menghadirkan diri sebagai tanda yang mengerjakan karya penyelamatan Yesus. Gereja menghadirkan rahmat Allah menjadi pengalaman konkrit dengan ke tujuh sakramen yaitu Baptis, Ekaristi, Penguatan, Tobat, Pengurapan Orang Sakit, Perkawinan dan Tahbisan.
Gereja merefleksikan tujuh sakramen sesuai dengan apa yang dilakukan dan dipesankan oleh Yesus. Kelahiran kita secara rohani ditandai dengan Pembaptisan di mana kita dilahirkan kembali dalam air dan roh yaitu di dalam Kristus sendiri. Kita diteguhkan melalui sakramen Penguatan. Kita bertumbuh karena mengambil bagian dalam Ekaristi yang menjadi santapan rohani. Jika kita berdosa dapat disembuhkan dalam sakramen Tobat di mana melalui perantaraan imam-Nya, Yesus mengampuni kita. Jika kita terpanggil untuk hidup selibat untuk Kerajaan Allah , Allah memberikan kuasa untuk melaksanakan tugas suci melalui penerimaan sakramen Tahbisan. Jika kita terpanggil untuk hidup berkeluarga, kita menerima sakramen Perkawinan. Jika jasmani kita sakit, kita dapat menerima sakramen Pengurapan Orang Sakit yang dapat membawa rahmat kesembuhan atau persiapan batin untuk kembali ke pangkuan Allah Pencipta. Pengajaran dan penetapan tujuh sakramen yang kita percayai berasal dari Yesus Kristus ditetapkan secara definitif melalui Konsili Trente (1564).
Untuk melaksanakan pemberian rahmat tersebut, Gereja menggunakan hal-hal yang ada dalam hidup manusia yang disebut dengan unsur Materia dan Forma. Materia adalah benda-benda yang dipergunakan seperti air, minyak, roti, anggur dsb serta tindakan atau perbuatan pelayan yang menyertai penggunaan material seperti pencurahan air, pengolesan minyak dsb. Forma adalah kata-kata konsekratoris yang menyertai tindakan.
Ketujuh sakramen tersebut dibagi dalam 3 bagian :
- Inisiasi : Sakramen Baptis, Penguatan dan Ekaristi
- Panggilan : Sakramen Perkawinan dan Tahbisan
- Penyembuhan : Sakramen Tobat dan Pengurapan Orang Sakit
SAKRAMENTALI
Sakramentali ialah tanda suci yang dengan cara yang mirip sakramen menandakan hasil-hasil, terlebih yang rohani, yang diperoleh berkat doa permohonan Gereja (KHK 1166).
Sakramentali dibedakan dengan sakramen menurut daya guna atau akibat sakramentalnya. Sakramen merupakan karya Allah dan bukan usaha manusia dimana Kristuslah yang melayani dan menguduskan penerima. Sakramentali merupakan karya, tindakan dan usaha Gereja melalui permohonan Gereja agar Allah memberkati dan menguduskan orang atau suatu benda.
Sakramentali dipahami Gereja tidak secara magis bahwa seolah-olah sesudah orang atau benda diberkati maka menjadi sakti tetapi mau menyatakan bahwa orang atau benda yang diberkati Allah melaui doa permohonan Gereja kini memiliki arah dan nilai baru yang terarahkan kepada Allah Sang Pencipta dan Penebus.
Struktur dasar upacara sakramentali terdiri atas unsur anamnese dan eplikese. Struktur anamnesis member dasar seluruh perayaan yaitu kenangan akan karya keselamatan Allah dalam Kristus dalam bentuk pujian dan syukur. Struktur eplikesis member orientasi doa permohonan Gereja yakni doa seruan akan kedatangan Roh Kudus agar Roh Kudus memberkati dan menguduskan orang atau benda tsb.
Gereja mengadakan sakramentali untuk menguduskan jabatan-jabatan gerejani tertentu, status hidup tertentu, aneka ragam keadaan hidup Kristen serta penggunaan benda-benda yang bermanfaat bagi manusia. Sakramentali selalu mempunyai doa yang sering diiringi dengan tanda tertentu, misalnya penumpangan tangan, tanda salib, atau pemercikan dengan air berkat, yang mengingatkan kepada Pembaptisan.
Sakramentali termasuk wewenang imamat semua orang yang dibaptis: setiap orang yang dibaptis dipanggil untuk menjadi “berkat” dan untuk memberkati. Karena itu, kaum awam dapat melayani pemberkatan-pemberkatan tertentu (KHK 1168). Semakin satu pemberkatan menyangkut kehidupan Gereja dan sakramental, semakin pelaksanaannya dikhususkan untuk jabatan tertahbis Uskup, imam, dan diakon. (KHK 1168)
Maka ada banyak sekali upacara atau simbol-simbol yang disebut sakramentali, misalnya doa-doa tertentu, tanda salib, jalan salib, segala macam berkat, pengusiran setan, pemberkatan Rosario, patung, salib atau medali, air suci, abu (pada Rabu Abu), palma (pada Minggu Palma). Beberapa sakramentali berhubungan langsung dengan perayaan sakramen, mis. pemberkatan air baptis, pemberian lilin baptis dan kain putih, pengurapan sesudah permandian; dalam sakramen perkawinan: doa atas cincin perkawinan dan pemberkatan kedua mempelai.
Tetapi juga ada yang mempunyai arti khusus dalam hidup orang seperti kaul kebiaraan, pemberkatan busana kebiaraan, pemberkatan ladang dan panen atau rumah dan tempat usaha. Untuk segala situasi kehidupan yang penting, yang pantas disertai doa permohonan Gereja, kiranya ada sakramentali.
Sakramentali tidak memberi rahmat Roh Kudus seperti dibuat Sakramen, tetapi hanya mempersiapkan oleh doa Gereja, supaya menerima rahmat dan bekerja sama dengannya. “Dengan demikian berkat liturgi Sakramen-sakramen dan sakramentali bagi kaum beriman yang hatinya sungguh siap hampir setiap peristiwa hidup dikuduskan dengan rahmat ilahi yang mengalir dari Misteri Paska sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Dari misteri itulah semua Sakramen dan sakramentali menerima daya kekuatannya. Dan bila manusia menggunakan benda-benda dengan pantas, boleh dikatakan tidak ada satu pun yang tak dapat dimanfaatkan untuk menguduskan manusia dan memuliakan Allah” (SC 61)